Lagi-lagi, postingan hari ke-6 yang ditulis di hari ke-7. Gue terlalu banyak memberikan excuse ke diri gue sendiri sepertinya. Tobat lah!

Kemarin, ketika gue jemput istri gue dan hendak menuju tempat berbuka puasa di bilangan Kelapa Gading, mobil yang gue kendarai terhenti karena ada antrian di sebuah pertigaan jalan. Dan kondisi di pertigaan tersebut memang sedang macet, sehingga mobil-mobil dari arah gue datang harus berhenti dan menunggu sampai arus utama jalan tersebut bergerak, sehingga kami bisa masuk ke jalur tersebut. Antrian saat itu masih tertib, 1 jalur saja.

Mungkin karena sudah sore, sekitar pukul 5, beberapa pengemudi yang tidak sabar akhirnya keluar dari jalur antrian, dan membuat jalur antrian baru. Nggak cuma 1, tapi 2 jalur baru. Sehingga jumlah jalur antrian mobil menuju pertigaan menjadi 3 jalur. Sementara, pertigaan yang hendak kami tuju, hanya mempunyai 2 jalur.

Memutuskan tetap menjadi waras, akhirnya gue memutuskan untuk putar balik mobil, untuk kemudian mencari jalur lain menuju tempat tujuan, yang Alhamdulillahnya ternyata lebih lancar. #LogicWins #KeepCalm. Nggak mau kalah sama hashtag #LoveWins yang digagas para pejuang pengikut LGBT alias Lesbian, Gay, Bisex and Transgender ketika Amerika Serikat akhirnya melegalkan pernikahan sesama jenis.

Yang pengen gue soroti dalam tulisan ini adalah etika para pengguna jalan raya, baik pengguna motor ataupun mobil. Banyak kelakuan mereka yang bikin lo pengen banget ambil SIM mereka terus gunting-gunting tuh SIM. Ya karena emang nggak ada gunanya juga. Tapi untuk kali ini, gue pengen ngebahas 1 deh : Pengguna Motor. Siap-siap ya.

Pengguna motor itu, banyak yang kayaknya nggak bisa move on dari masa kecilnya. Untuk generasi 80an atau 90an mungkin tau permainan ini. Untuk angkatan 2000an, kasian ya kalo nggak pernah main. Namanya Gobak Sodor atau Galasin. Di berbagai daerah mungkin akan berbeda terminologinya. Gambarnya mungkin kurang lebih seperti di bawah ini.

Cara mainnya? Google sendiri ah, kepanjangan gue jelasinnya. Coba cek aja deh di link ini. Nah, gue anggep lo semua udah tau ya cara mainnya. Coba kita perhatiin gambar di atas, dan fokus ke pemain berseragam merah di sebelah kiri. Pemain ini, sifatnya oportunis. Dia akan memanfaatkan celah sekecil apapun, ketika si penjaga lengah, untuk lari melewati penjagaannya. Untuk oportunis tingkat master, mungkin selihai Filippo Inzaghi atau Javier “Chicharito” Hernandez, pemain Galasin akan melewati penjagaan dengan 2/3 bagian tubuhnya di luar garis. Jika dibilang curang, dia akan berkilah bahwa salah satu kakinya masih menginjak garis. Believe me guys, banyak pemain seperti itu dulu.

Pengendara motor? Banyak yang seperti ini! Oportunis tingkat dewa! Ambil contoh di lampu merah. Walaupun lampu masih menyala merah, kalau arus lalu lintas di depannya ada jeda walaupun hanya beberapa meter, pasti akan diterobos oleh mereka. Nggak jauh beda kan sama gobak sodor?

Bedanya, kalau pemain gobak sodor tabrakan, paling lecet atau benjut-benjut aja. Atau berantem tabok-tabokan kalo nggak ada yang ngerasa salah. Kalau kendaraan bermotor? Ya minimal patah tulang lah, atau geger otak. Kalau nggak beruntung, yassalam. Paling ujung-ujungnya nyalahin yang nabrak, trus minta ganti rugi. Padahal ketauan yang salah siapa.

Tapi ya namanya “anak kecil”, ngapain ya dilawan? Yang main gobak sodor kan anak kecil. Yang dewasa sih ngalah aja.